Aglaonema Indonesia Jogjakarta

Kejar Target, Hadapi Persaingan Barang Impor
Posisi tanaman hias di masyarakat selalu naik-turun. Untuk itulah, pentingnya suatu wadah untuk melestarikan keberadaannya. Sebut saja, komunitas Aglaonema Indonesia (AI) di Jogjakarta. Salah satu kinerjanya adalah mempertahankan posisi aglaonema lokal di tengah gempuran pasar aglaonema impor.
Aglaonema dub anjamanee, bangkok, siam aurora, legacy, dan lady valentine adalah produk Thailand yang dikenal dan banyak dicari pecinta tanaman dengan nama lokal Sri Rejeki ini. Harganya relatif – antara Rp 200 ribu sampai jutaan rupiah, dengan warna dan bentuk fantastis, membuatnya laris-manis bak kacang goreng. Perawatannya pun tak sulit, karena memiliki ketahanan bagus.
Fenomena aglaonema di pasar Tanah Air juga sedikit banyak disebabkan oleh banyaknya produk baru keluaran negeri Gajah Putih. Dalam hitungan beberapa minggu, jika kita rajin impor aglaonema Thailand, pasti ada saja barang baru. Dalam hal produktivitas pun, produk Thailand biasanya cepat diperbanyak, sehingga selalu memenuhi pesanan. Jika dicatat secara acak dan random, dalam sebulan tak kurang ada 5 jenis aglaonema baru asal Thailand. Itu tercatat dalam salah satu situs on line hobi tanaman hias.
“Pada dasarnya, jika dibandingkan dengan karakteristik pola bertani masyarakat di Thailand, rata-rata masyarakat kita jauh tertinggal. Sebab, di Thailand metode pertanian modern, seperti kultur jaringan jadi santapan sehari-hari,” kata Ketua AI Jogjakarta – Arie W Purwanto. “Minimnya media informasi dan masih kuatnya budaya bertani kita yang mempertahankan budaya bertani tradisional, membuat produk kita ketinggalan,” lanjutnya.
Memang tak semua petani Indonesia tertinggal, karena beberapa tokoh di Indonesia sudah memiliki nama melambung sebagai kreator silangan sekaligus petani modern yang sudah banyak dikenal. Sebut saja, nama Gregorius Garnadi Hambali dan Edi Sandra adalah tokoh petani aglaonema modern.
“Melalui komunitas AI ini menyadarkan tentang pentingnya sosialisasi teknik pertanian modern yang efektif dan efisien pada masyarakat, terutama bagi pecinta aglaonema. Sebab, hal sekecil apapun, langkah ini akan mendorong dunia pertanian aglaonema kita, paling tidak satu langkah ke depan,” ujar Arie.
Seminar Hingga Open House
Untuk mencapai, menyeimbangkan produksi aglaonema Tanah Air, dan memberdayakan masyarakat, kebutuhan akan pengetahuan dan informasi sangat dibutuhkan. Maka, seperti komunitas hobi tanaman hias lain, AI juga menyediakan jasa konseling melalui seminar dan open house di Jogjakarta.
“Struktur anggota AI di Jogjakarta memang tak memiliki catatan resmi anggota yang sering kita ajak seminar. Hanya dalam hal pendidikan formal, orang-orang kita biasanya memilih beberapa lokasi yang didiami banyak praktisi tanaman hias, khususnya aglaonema,” ungkap Arie.
Di setiap seminar, beberapa pengetahuan dan topik mengenai pertanian modern sering diberikan. Tujuannya, agar informasi itu segera diaplikasikan ke masyarakat petani lain. Metode seperti kulutur jaringan, pembudidayaan aglaonema dengan media alternatif, dan penanganan beberapa masalah, seperti hama dan penyakit pada tanaman ini adalah contoh topik yang sering dibahas.
“Tak hanya dalam lingkup rumah tangga dan komunitas tertentu, kegiatan kita juga sering diadakan di kalangan akademisi, seperti kampus dan sekolah. Tak hanya siswa dan mahasiswa, masyarakat sekitar pun sering diajak mengikuti acara yang diadakan tidak tentu ini. Bisa satu bulan atau beberapa bulan sekali, tergantung topik dan kesempatan yang ada,” terang wanita yang juga penulis aneka buku tanaman hias ini.
Keinginan yang tulus ingin memberdayakan dan menciptakan masyarakat petani modern, terutama aglaonema, adalah tujuan AI Jogjakarta, sehingga tak hanya sebagai wadah, AI juga jadi media yang menyalurkan sumber informasi paling efektif.
“Meski begitu, kita masih harus banyak belajar ke tokoh tanaman hias. Dan setelah kita dapat, secepat mungkin bahan itu kita sosialisasikan ke masyarakat,” imbuh Arie. [adi]

4 thoughts on “Aglaonema Indonesia Jogjakarta”

  1. negeri kitakan kaya akan berbagai jenis tanaman hias,tapi kenapa kalah dgn thailand,apa pemerintahnya kurang peduli dgn perkembanganya sehingga kita selslu kalah bersaing dgn pasar luar.hebat juga ya kata tapi kalah……

  2. Saya ini petani aglaonema yang masih menggunakan tahnik kuno dan hasil panen dibeli satu dua pedagang sudah ludes. Dan pertanyaan saya bagaimana langkah langkah AI agar petani aglao di daerah saya(Surabaya) bisa produksi dengan cepat agar bisa menyaingi thailan dalam negri dan bisakah AI mengadakan diklat untuk kultur jaringan aglaonema?.

  3. hi aq lily..
    promo neh.. buat asik2 baca tarot n garis tangan
    cuma 10rb loh… datang tempat kalian kapan aja..
    seru lagi n asik kalo rame2 bareng temen2 kos sambil ngadem bawah pohon
    02743033026(sms ok)

Leave a comment